Singaraja, Pasca menerima program sekolah mercusuar (Lighthouse School Program) dari Putera Sampoerna Foundation-School Developnment Outreach (PSF-SDO), Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga segera melakukan kerjasama dengan Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) untuk pengimbasan program serupa di satuan pendidikan.
Lighthouse School Program (LSP) menyasar tenaga pendidik untuk melakukan inovasi dan mengikuti perkembangan teknologi dalam mengajar. PSF-SDO sebagai pencetus program memilih SMP Negeri 8 Singaraja yang saat itu baru berdiri sebagai solusi kebijakan zonasi untuk difasilitasi dan didampingi.
Selama empat tahun, para guru berjibaku untuk mengikuti pelatihan dan pendampingan sehingga menghasilkan peningkatan. Diketahui literasi dan numerasi siswa SMP Negeri 8 Singaraja meningkat drastis 20 poin. Diatas rata-rata nasional dan kabupaten namun masih dibawah provinsi. Kemudian pedagogik meningkat dari 3 persen ke 40 persen.
Berakhirnya program sekolah mercusuar ini ditandai dengan serangkaian kegiatan Gema Nasional Pendidik Inovatif (GANAPATI) Award 2023. Serta penyerahan program LSP dari PSF-SDO ke Pemkab Buleleng di SMP Negeri 8 Singaraja, Jumat 9 Juni 2023.
Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa menandatangani berita acara penyerahan program LSP didampingi Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Made Astika serta Kepala SMP Negeri 8 Singaraja Ketut Arya.
Sekda Suyasa menuturkan setelah program LSP diserahkan kepada Pemkab Buleleng, akan menjadi kebijakan Pemkab melalui Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga terkait penerapan program lanjutannya di Buleleng. “Nah sekarang setelah empat tahun, hasilnya bagus, data-datanya bagus dan terukur, evidence-nya ada, makanya kita dan PSF melihat ini bagus. Kembali lagi ke dinas pendidikan apakah akan mencoba program ini lagi pada sekolah yang masih bisa mengembangkan, untuk bisa diterapkan,”ungkapnya.
Jika dipahami, hakiki dari pendidikan itu sendiri adalah bagaimana proses berkualitas untuk melahirkan produk berkualitas. Menurut Suyasa, di dalam sistem pendidikan yang diharapkan adalah prosesnya. Dan proses itu sudah ditunjukkan melalui LSP. “Tapi PSF juga akan gagal jika tidak didukung oleh warga sekolah dan pemda. Jadi ini mutualisme yang saling menguntungkan. PSF punya program dan kita punya sasaran/objek yaitu sekolah, guru, murid, dan kelembagaan. Sehingga keduanya saling mensupport,”terangnya.
Lebih lanjut Suyasa menuturkan program yang dicetuskan PSF-SDO mengikuti apa yang menjadi kebijakan pusat. Seperti Program Organisasi Penggerak (POP). Hanya saja LSP dibiayai mandiri oleh PSF. “PSF membantu kita secara mandiri tanpa biaya Kemendikbud. Programnya sama namun sumber pembiayaannya berbeda. Jadi PSF mengambil peran itu dan kita juga mengambil peran pendampingan,”imbuhnya.
Sementara itu dilihat dari hasil nyata program LSP di SMP Negeri 8 Singaraja, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Made Astika mengungkapkan pihaknya tentu akan melanjutkan program LSP. Menurut pengamatannya hampir semua guru di SMP Negeri 8 Singaraja telah bertransformasi secara digital. Namun demikian tidak serta merta Dinas Pendidikan akan melepaskan SMP Negeri 8 Singaraja berdiri sendiri. Namun akan diarahkan agar terus mengikuti perkembangan yang tentunya meningkatkan mutu pendidikan.
”Meskipun SMP Negeri 8 Singaraja umurnya baru 6 tahun sebenarnya kita sudah bisa lepas namun jangan sampai salah arah untuk itu kita tindaklanjuti program LSP ini. Kedepan kita akan menyasar ke GTK, bukan satuan pendidikannya. Kalau kita MoU-kan GTK-nya maka semua GTK akan melakukan pengimbasan terus menerus ke satuan-satuan pendidikan,”tutup Astika.
Dalam kegiatan tersebut Sekda Suyasa berkesempatan menyerahkan piala dan hadiah bagi peserta lomba content creator video dan infografis GANAPATI Award 2023 yang diikuti oleh guru SMP baik di Buleleng maupun luar Buleleng. (HMS)
Discussion about this post