Singaraja, Di tengah kondisi ekonomi nasional dan global yang masih penuh tantangan, serta daya beli masyarakat yang semakin terhimpit, terutama menjelang Hari Raya Galungan dan Kuningan, muncul berbagai inisiatif kreatif yang lahir dari kepedulian akar rumput. Salah satunya datang dari sepasang suami istri (Pasutri) di Kabupaten Buleleng yang memadukan semangat sosial dengan pemanfaatan teknologi digital melalui konsep sociopreneur menggelar Pasar Murah Digital menjelang Galungan dan Kuningan khusus bagi masyarakat di Kota Singaraja.
Berbeda dengan Pasar Murah pada umumnya yang diadakan di tempat umum dengan berbagai stan pameran, Surik Siawan dan Mira Widayanti membuat Pasar Murah berbasis digital memanfaatkan platform Letoris yang dikembangkannya sendiri sehingga bisa menghadirkan workshopnya langsung di HP masyarakat Singaraja.
“Untuk mengakses workshop Pasar Murah bisa melalui link atau scan barcode dari brosur yang kami sebarkan baik secara offline maupun online” papar Surik dan Mira saat membagikan brosur kepada masyarakat di CFD Taman Kota Singaraja bersama anak-anaknya, Minggu 6 April 2025.
Melalui workshop digital ini, masyarakat dapat melihat gambar produk, deskripsi, harga, hingga memasukkan barang ke keranjang belanja. Untuk urusan pembayaran, keduanya tetap memilih sistem tradisional yaitu cash on delivery (COD) atau bayar saat pengambilan, demi memastikan keamanan dan kenyamanan konsumen.
Adapun produk yang dijual berfokus pada jajanan tradisional Bali seperti Dodol, iwel, satuh, apem, bolu, bronis, pie, jaje uli, matahari, pepelan, hingga kacang dan saur yang digunakan sebagai pelengkap dalam pembuatan banten untuk upacara persembahyangan Galungan dan Kuningan dan dibuka dari tanggal 1 – 19 April atau setidaknya sampai stoknya habis.
Keluhan ibu-ibu menjelang Hari Raya menjadi alasan yang melatarbelakangi gagasan Pasar Murah Digital hadir di tengah masyarakat Kota Singaraja, “Yang pertama keluhan klasik, biasa menjelang hari raya harga pada naik kan. Agak lucu juga sih padahal produk-produk ini diproduksi di Buleleng, sebagian besar dari Desa kami Penglatan, sisanya ada yang dari sangsit, Banjar Paketan dan Seririt. Gak ada yang mendatangkan dari luar Kabupaten tapi rantai distribusinya sebelum sampai ke tangan Konsumen bisa 2 bahkan 3 jenjang,” ungkap Surik.
Untuk menekan harga kedua pasangan ini sengaja hanya menjajakan produk lansung dari UKMKM yang memproduksi bukan distributor, pengepul maupun toko. Harga yang ditawarkan adalah harga produksi dan tidak mengambil keuntungan dari hasil penjualannya.
“Harga dijamin lebih murah dan lagi ini konsepnya sociopreneur, jadi usaha yang tidak semata mencari keuntungan materi tetapi juga kebermanfaatannya bagi masyarakat,” tambah Mira.
Saat ini, Pasar Murah Digital masih dalam tahap pilot project sehingga jumlah UMKM dan produk yang tersedia masih terbatas. Namun pasangan Surik Siawan yang sehari-hari bertugas sebagai anggota Polri di Humas Polres Buleleng dan Mira Widayanti seorang guru di SD 4 Penarukan optimis Pasar Murah Digital ini akan menjadi agenda rutin menjelang hari raya Galungan dan Kuningan dengan harapan bahwa inisiatif mereka dapat meringankan beban ekonomi masyarakat untuk kebutuhan hari raya.|TIM
Editor : Made Suartha
Discussion about this post