Denpasar, Ada 1.171 hasil penelitian dipresentasikan para peneliti Unud pada Simposium Nasional 2024 yang diselenggarakan di The Patra Bali Resort & Villas, selama dua hari Selasa (29/10) dan Rabu (30/10). Presentasi peneliti Unud itu dikategorikan sebagai hasil penelitian sebanyak 886 topik, dan kegiatan pengabdian kepada masyarakat 285 topik yang dilaksanakan pada 12 kelas parallel. Sejumlah topik penelitian menarik dibahas seperti kajian terkait positive tourism (PoTo) di Provinsi Bali, Koversi Cadangan Karbon, Desa Tangguh bencana hingga berita-berita budaya di media sosial.
Ada Penelitian Unggulan Udayana (PUU) yang dikerjakan lintas fakultas oleh tiga peneliti yakni Dr. Nyoman Ariana, M.Par, Dr. I Ketut Antara, M.Par., dan I Wayan Yuda Manik, MT., dengan judul Positive Tourism (PoTo): penelusuran dan pengkatorian layanan wisata di Bali. Menurut Dr. Nyoman Ariana PoTo secara sederhana diartikan meningkatkan kebahagian wisatawan dan penyedia layanan wisata (masyarakat).
Tim peneliti ini menduga berbagai permasalahan yang terjadi di kawasan pariwisata seperti pencurian yang dilakukan wisatawan (bule) miskin, bule dan warga lokal adu jotos, pengelolaan sampah yang belum memadai hingga banjir menyebabkan gangguan jalur wisata telah memicu wisatawan merasa kurang nyaman serta masyarakat lokal merasa teriritasi. “Manfaat penelitian ini memberikan pengetahuan empiris tentang pilihan layanan wisata dan aktivitas wisatawan dalam perspektif PoTO,” tutur Dr. Nyoman Ariana saat presentasi.
Wakil Dekan III Fakultas Pariwisata itu memaparkan temuan penelitiannya yakni kata yang paling sering muncul untuk menggambarkan motivasi wisatawan berkunjung ke Bali antara lain retreat, yoga, wellness, meditasi dan detox.
“Wisatawan datang ke Bali untuk retreat sebanyak 26,73%, yoga (26,58%), meditasi (13,95%), wellness (8,52%, spa (7,49%), healing (6,02%), Detox (4,41%), spiritual (2,35%), holistic (2,20%), serta menikmati keasilan Bali/authentic hanya 1,76%,” paparnya.
Penelitian Pusat Unggulan Pariwisata Unud itu menekankan spa dan wellness menjadi aktivitas wisata yang sedang tumbuh di Bali sehingga menjadi bagian dari bisnis PoTo yang cukup menjanjikan dalam beberapa tahun ke depan. Dr. Nyoman Ariana menyimpulkan bahwa PoTo dapat mendorong penguatan citra positif Bali sebagai destinasi wisata, dan harga paket PoTo cukup menjanjikan yakni antaea Rp 1 Juta hingga Rp. 8 Juta per hari. “Rata-rata paket PoTo dijual pada kisaran Rp. 3 Juta/ hari, dan paket-paket itu bisa dikategorikan kedalam positive spiritual, positive cultural, positive nature, dan positive social,” pungkasnya.
Sementara itu peneliti atas nama I Gusti Agung Ayu Dike Widhiyaastuti, Ida Bagus Surya Dharma Jaya, dan I Gusti Ngurah Nyoman Krisnadi Yudiantara meneliti sunat perempuan dalam perspektif hukum pidana.
Sunat perempuan, kata Widhiyaastuti, dilakukan di wilayah-wilayah Asia dan Afrika sebagai bagian dari tradisi dan kepercayaan. “Di Indonesia, praktik sunat perempuan masih dilestarikan karena dipandang sebagai kewajiban agama, tradisi dan budaya turun temurun,” tegasnya.
Ditambahkan, sunat perempuan dipahami sebagai kekerasan terhadap perempuan dan berbahaya bagi perempuan karena berdampak pada kesehatan psikis dan fisiknya. Sunat perempuan menimbulkan permasalahan dilematis, lanjutnya, karena masih lemahnya pemahaman masyarakat dan lemahnya posisi tawar hukum di Indonesia dalam memberikan perlindungan terhadap perempuan.
Lebih jauh, Widhiyaastuti dkk menjelaskan pada prinsipnya UU Kesehatan dan turunannya telah mengatur penghapusan praktik sunat perempuan namun belum mengatur sunat perempuan sebagai bentuk tindak pidana. Penelitian tersebut merekomendasikan sunat perempuan dalam upaya memberikan jaminan perlindungan terhadap hak-hak perempuan dalam bidang kesehatan.
Tim Peneliti Fakultas Pertanian yang dikomandani mantan Wakil Dekan III Dr. Ir. I Wayan Diara MS., mengkaji pemberdayaan masyarakat melalui program desa tanggung bencana (destana) sebagai upaya mitigasi bencana longsor di Desa Susut (Bangli).
Program pemberdayaan, kata Dr. Wayan Diara, dilakukan secara kolaboratif dengan BPPD dan masyarakat memetakan potensi longsor, diklat mengenali potensi longsor, serta manajemen bencana. “Sasaran pemberdayaan baik orang tua maupun anak-anak usia sekolah dasar sebagai upaya sosialisasi sadar bencana sejak dini” ujar Dr. Wayan Diara. Ditekankan, manfaat lain program destana amunculnya pemahaman pentingnya konservasi lingkungan sehingga masyarakat bergerak untuk reboisasi dan rehabilitasi lahan kritis.
Sedangkan dua dosen Fakultas Ilmu Budaya IGN Parthama, S.S., M.Hum dan Ni Made Ayu Widiastuti, S.S., M.Hum meneliti kontruksi wacana pemberitaan di media sosial. Menurut Parthama dan Widiastuti setiap orang dapat berinteraksi di dunia maya dengan cara berbagi cerita, foto, video, maupun gambar.
Postingan di media sosial mampu mengkonstruksi wacana berbeda dibandingkan media tradisional. Peneltian ini mengkaji data dan teks berita di media sosial facebook dari aspek teks atau pilihan kata, frase maupun koherensi kalimat.
“Kajian juga dari segi konteks atau situasi yang melingkupi teks, interaksi dan tindakan atau respon berupa like, comment dan share serta ideologi dan kuasa dibalik berita tersebut,” papar Dosen Prodi Sastra Inggris itu. Parthama mengakui banyak berita yang dibagikan di media sosial mendapat respon negatif sehingga perlu pertimbangan matang sebelum membagikan berita di media sosial. |TIM
Editor : Made Suartha
Discussion about this post