Singaraja, Salah satu orang tua siswa merasa keberatan dengan kegiatan yang dilakukan SMA N 1 Sukasada dalam Orientasi Kepramukaan dan Pelantikan Penegak Tamu (OKP2T) yang digelar dalam kegiatan Perkemahan Sabtu Minggu di sekolah setempat, sebab dalam kegiatan yang dilakukan dinilai kurang beretika hingga menyebabkan seorang peserta tidak sadarkan diri atau pingsan.
Keluhan orang tua siswa itu, Senin (10/12/2018) langsung disikapi Kepala UPT SMA/SMK Propinsi Bali di Buleleng, Made Suarja dengan melakukan klarifikasi dan memanggil pihak-pihak yang berkaitan dengan hal tersebut yang mengungkapkan adanya dugaan perpeloncoan yang dilakukan Dewan Ambalan.
Terungkap dari kegiatan yang dilakukan Dewan Ambalan Pramuka Penegak itu melakukan tradisi yang dilakukan dari tahun ke tahun dimana para siswa diperintahkan untuk meminum air bekas kumur rekan-rekannya secara bergilir. Bukan hanya itu para siswa calon Pramuka itu juga diperintahkan untuk menghabiskan permen yang telah jatuh secara estafet yang disebutkan untuk memepertajam indra perasa, bahkan disebutkan seorang siswa mengalami pingsan.
Kepala UPT Dinas Pendidikan Provinsi Bali di Buleleng Made Suarja mengakui adanya laporan dari masyarakat yang menyampaikan adanya perploncoan terhadap siswa dan menghimbau kepada pihak sekolah agar melakukan pengawasan terhadap siswa agar Hal serupa tidak terjadi.
“Ada salah penjabaran. Pembina menyuruh air yang berasa manis, pahit, dan sebagainya. Namun koordinator salah menjabarkan itu sehingga mereka memberikan semacam air kumuran secara bergilir. Setelah saya tanya siswanya memang benar dia membuat agenda sendiri terlepas dari program yang di buat pembina,” ujar Suarja.
Wakil Kepala SMA N 1 Sukasada Dewa Made Swastika saat klarifikasi di SLB Negeri 2 Singaraja yang digunakan Kantor UPT Pendidikan Provinsi Bali Di Singaraja mengungkapkan terjadi miskomunikasi antara pembina pramuka dengan Dewan ambalan. Dimana pembina pramuka tidak pernah memberikan perintah yang dilakukan oleh Dewan Ambalan terhadap para penegak tamu tersebut.
“Memang satu orang siswa pingsan bukan karena perpeloncoan melainkan karena kondisinya kurang sehat. Padahal pihak sekolah sudah mengingatkan yang tidak mampu untuk tidak ikut dalam kegiatan,” ungkap Swastika.
Wakasek yang membidangi kehumasan Dewa Swastika menambahkan, setelah dilakukan komunikasi dengan dewan ambalan terungkap pada tahun sebelumnya mereka juga menerima perlakuan serupa dari ambalan sebelumnya dan merupakan tradisi yang dilakukan sejumlah senior sebelumnya.
Dari klarifikasi yang dilakukan itu terungkap adanya miskomunikasi dalam menjabarkan tugas yang diberikan pada masing-masing pos kegiatan saat Orientasi Kepramukaan dan Pelantikan Penegak Tamu (OKP2T) yang dilakukan secara rutin setiap tahun. (022)
Discussion about this post