Singaraja, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Buleleng kembali melakukan wisuda dan angkat sumpah profesi, Senin 2 September 2024 di kampus setempat. Sebanyak 415 lulusan dalam dua sesi menjalani proses akhir pada jenjang pendidikan di sekolah tinggi tersebut.
Pada sesi pertama melibatkan 195 lulusan diantaranya wisuda S1 Farmasi sebanyak 29 Orang dan angkat sumpah Pendidikan Profesi Ners sebanyak 166 Orang, selanjutnya pada sesi kedua melibatkan 220 lulusan diantaranya wisuda S1 Kebidanan 126 orang dan S1 Keperawatan 94 orang.
Ketua STIKes Buleleng, Dr. Ns. I Made Sundayana, S.Kep., M.Si., menjelang proses kegiatan mengatakan, pihaknya bersama jajaran terus berupaya meningkatkan kompetensi dan kemampuan kampus melalui akreditasi termasuk pengembangan program studi.
“Ini Wisuda ke 13 dan pengukuhan, dan ini wisuda yang terbanyak kebetulan juga kita sedang ingin mempromosikan informasi semua program studi di STIKes Buleleng telah terakreditasi baik sekali termasuk lembaganya juga dan kita terus berbenah diri,” ujar Sundayana.
Ketua STIKes Buleleng Sundayana berharap para lulusan nantinya mampu memperoleh pekerjaan yang layak, bahkan bisa menciptakan lapangan kerja, sehingga dapat termotivasi untuk meningkatkan kualitas diri, serta bermanfaat dan bernilai guna bagi keluarga dan masyarakat.
“Saya hanya berharap satu hal, seluruh alumni kami bisa bekerja, baik itu mandiri, maupun bekerja di fasilitas layanan kesehatan, bahkan yang membangakan puluhan lulusan kita juga bekerja di luar negeri terutama jepang termasuk juga ada mahasiswa luar negeri yang sedang kuliah disini,” papar Sundayana.
Kepala Lembaga Layanan Dikti Wilayah VIII Bali NTB, Dr. I Gusti Lanang Bagus Eratodi, S.T., M.T., mengatakan, lulusan Stikes Buleleng memiliki peranan yang sangat penting dalam dunia kesehatan di masa yang akan datang.
“Kita telah melaksanakan transformasi pendidikan, STIKes Buleleng ini sangat potensial dan kita akan gencarkan peningkatan mutunya sehingga bisa bersaing di dunia kerja dan yang membangakan banyak sekali nakes lulusan dari kampus ini termanfaatkan bekerja di Jepang, Korea, karena memang secara demografi, mereka kekurangan tenaga kerja,” ujarnya.
Kepala Dikti Bagus Eratodi juga memberikan apresiasi atas rencana dibukanya Pendidikan Profesi Apoteker yang merupakan salah satu program pendidikan kanjutan S1 Farmasi. “Kedepan ini, Apoteker sebagai tenaga kerja kesehatan dapat bekerja dalam bidang pelayanan kesehatan yang mencakup pengadaan, penyediaan, distribusi, pengawasan dan penggunaan obat antara lain di Apotek dan Rumah Sakit sangat diperlukan,” ujarnya. |TIM
Editor : Made Suartha
Discussion about this post