Singaraja, Satu kampung di Kota Singaraja saat pelaksanaan penyepian menjelang malam terang benderang, kontan saja disikapi dengan serius Kelian Desa Adat Buleleng, Nyoman Sutrisna yang langsung bergerak mengingat informasi tersebut telah viral dimedia sosial.
Kelian Desa Adat Nyoman Sutrisna, usai pelaksanaan rangkaian penyipengan di Desa Adat Buleleng, Selasa 12 Maret 2024 mengakui masih diperlukan monitoring dan evaluasi serta koordinasi secara menyeluruh berkaitan dengan tatanan pelaksanaan sipeng di setiap wilayah Banjar Adat berkaitan dengan pelanggaran-pelanggaran yang tidak bisa terkena awig-awig atau sanksi adat.
“Monev dan kita menyadari dari jam 18.00 sampai dengan19.30 wita saudara kita di Kampung Lebah menyalakan lampu untuk kegiatan teraweh dan masak untuk sahur, namun itu hanya sebentar setelah dijajagi dan dikoordinasikan dengan Lurah Kampung Kajanan dan Kelian Banjar Adat Banjar Bali serta pecalang secara humanis akhirnya lampu lampu mulai dimatikan,” ungkap Kelian Adat Buleleng Nyoman Sutrisna.
Mantan Kepala Dinas Pariwisata Buleleng itu juga menyebutkan, ada beberapa point yang perlu di sosialisasikan kepada masyarakat, secara khusus yang berada di luar wilayah Kota Singaraja, sebab selama 24 jam seluruh akses jalam ditutup berkaitan dengan pelaksanaan sipeng.
“Sipeng itu dilakukan mulai pukul 06.00 wita pagi sampai ke pukul 06.00 wita keesokan paginya, ini perlu diinformasikan, sebab untuk pagi hari jam 04.00 dini hari di Catus Pata Buleleng ada beberapa masyarakat yang ke Denpasar karena tugas, kami menghimbau supaya menunggu sampai jam 06.00 pagi saja berangkatnya, karena tidak membawa surat dispensasi,” tegas Sutrisna.
Untuk diketahui, pelaksanaan Hari Raya Nyepi melalui Catur Brata Penyepian merupakan kegiatan tahunan yang memiliki spirit kultural yang berisi sejumlah pantangan. Kegiatan ini harus dilakukan tanpa ada bunyi pengeras suara dan tidak menyalakan lampu pada waktu malam hari. Namun, kegiatan ini dikecualikan bagi yang sakit atau membutuhkan layanan untuk keselamatan dan hal-hal lain dengan alasan kemanusiaan.
Pada hari raya Nyepi, tepatnya tilem kesanga, dilakukan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari Amati Geni, yaitu tidak boleh menggunakan atau menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu. Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani. Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian melainkan melakukan mawas diridan Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan atau hiburan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sanghyang Widhi. | TIM
Editor : Made Suartha
Discussion about this post