Singaraja, Ada yang unik dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Buleleng, dimana perayaan umat muslim tersebut kembali dilakukan di Puri Kanginan Singaraja, dimana sebelumnya diyakini setiap perayaan umat muslim tersebut selalu dilakukan diareal Puri, tempat tinggal Raja Buleleng.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW yang berlangsung Sabtu 22 Oktober 2022 berlangsung di pelataran depan Puri Kanginan yang dihadiri Penglingsir Puri Kanginan, Anak Agung Ngurah Parwatha Pandji disamping Kepala Kesbangpol Buleleng Komang Kappa Tri Aryandono dan Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna serta sejumlah tokoh masyarakat disekitar puri.
Penglingsir Puri Kanginan, Parwatha Pandji mengatakan, kegiatan yang dilakukan di Puri Kanginan untuk mengingatkan kembali toleransiberagama yang telah terjalin sejak lama sehingga peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai silaturahmi.
“Kita sebenarnya merajut kembali,ya, merajut kembali yang pernah kelupaan, saya sekarang sebagai penglingsir puri ini kan melanjutkan apa yang pernah dilakukan penglingsir-penglingsir kami, orang tua kita, bukan orang puri saja tapi juga tetangga-tetangga kita disekitar puri,” ujar Parwatha Pandji.
Agung Pandji menegaskan, mengutip perjalanan warga di Kampung Singaraja, secara khusus yang dekat dengan Puri Kanginan Buleleng merupakan warga muslim yang datang dari tanah jawa setelah terjadi perang di Blambangan, dimana warga muslimyang dibawa ke Buleleng itu sebagai hadiah dari Raja Solo yang merupakan pasukan kerajaan mataram.
“Supaya masyarakat muslim itu mengetahui keberadaan puri di Buleleng itu tidak main-main, dimana mereka itu diajak ke Buleleng itu oleh raja kami dengan satu lontar yang kami simpan itu, lontar krama islam, itu kalau melihat angka tahunnya itu tahun 1886,” papar Agung Pandji.
Dalam peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Puri Kanginan menampilkan hadrah Remaja Masjid Nurul Mubin dan Tausyiah dari K.H. Thoha Muntaha, pengasuh Pondok Pesantren Minhajut Thullab Banyuwangi.
K.H. Thoha Muntaha dalam tausyiahnya menyebutkan, toleransi beragama harus dilakukan secara bersama-sama meski dalam berbagai perbedaan yang tentunya harus diawali dari diri sendiri untuk mampu mengelola perbedaan yang terjadi.
“Toleransi adalah sesuatu yang tidak bisa ditawar di negeri ini, kita tahu perbedaan itu indah karena dari situ ketika kita mampu mengelola perbedaan kita akan mendapatkan nilai lebih, sekalipun api kalau di pom bensin itu tertulis dilarang merokok, karena khawatir saja kebakaran, api dan bahan bakar bensin itu bertemu, tidak boleh pisah untuk mengerakan mesin, itu butuh pertemuan api dan bensin dalam satu sistem kompresi yang padat tidak boleh bocor,maka sebenarnya tidak ada musuh tidak ada lawan yang ada persaudaraan asal kita bisa mengelola sesuai dengan teknologiapi dan bensin dalam motor,” papar K.H. Thoha Muntaha.
Ketua Panitia perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Puri Kanginan Singaraja, Agus Murjani mengakui kali pertama perayaan tersebut dilaksanakan di luar Masjid, tepatnya di Puri Kanginan untuk mengembalikan tali silahturahmi kekerabatan yang telah dilakukan sejak turun temurun.
“Ya, memang ini pertama kita lakukan ditempat ini, di Puri Kanginan Singaraja karena para orangtua kita dulu selalu merangkaikan kegiatan keagamaan, sosial dan budaya dengan Puri. Nah ini kami kembalikan lagi untuk menjalin kekerabatan itu,”papar Agus Murjani.
Puri Buleleng dan khususnya Puri Kanginan Singaraja memilik keterkaitan yang sangat erat dengan warga muslim, sebab dalam berbagai catatan sejarah menyebutkan, umat muslim pernah menjadi pengawal dan punggawa kerajaan, demikian juga Raja Buleleng pernah memberikan lahan pertanahan untuk pemukiman umat muslim termasuk membangun masjid.(TIM)
Discussion about this post