Singaraja, Dua oknum warga Desa Sumberklampok yang diduga melakukan penodaan Hari Suci Nyepi, Zaini dan Muhamad Rasyad, Kamis 23 Maret 2023 meminta maaf usai dilakukan mediasi di Mapolsek Gerokgak, namun demikian nasib kedua orang tersebut masih menunggu hasil paruman desa adat.
Pada permintaan maaf yang hanya disampaikan Zaini mengakui kesalahan yang dilakukan, bahkan Zaini mengaku bukan orang pintar dan aksi yang dilakukan itu spontan serta tidak bermaksud untuk mengganggu pelaksanaan hari raya Nyepi.
“Mohon maaf, beribu-ribu maaf atas kesalahan kemarin, karena kalau ngga gitu masyarakat banyakdisana, sehingga saya mengambil inistiaf membuka portalitu, saya orang awam orang biasa tidak tahu apa-apa saya tidak pefang ijazah, saya meminta maaf kepada pak mekel, pak kelian, pecalang dan kepada masyarakat sumberklampok saya meminta maaf,” ujar Zaini didampingi Rasyad.
Adanya permintaan maaf tersebut, Kelian Desa Adat Sumberkelamook, Jro Putu Artana belum bisa untuk memberikan keputusan perdamaian karena masih menunggu rapat melalui paruman dengan prajuru Adat dan kerta Desa, yang akan dilaksanakan pada Jumat tanggal 24 Maret 2023 pukul 19.30 wita. “Nanti hasil paruman akan disam;paikan kepihak Kepolisian dan FKUB Kabupaten Buleleng, dan kami jamin toleransi ber-Agama di Desa Sumberkelampok tetap terjalin dengan baik,” ungkap Jro Artana.
Sebelumnya, saat masyarakat Hindu di Desa Sumberklampok melaksanakan rangkaian Hari Suci Nyepi,pPuluhan warga yang diketahui dari Desa Sumberklampok Kecamatan Gerokgak memaksa masuk ke Kawasan Taman Nasional Bali Barat (TNBB), bahkan seorang warga dengan mengunakan kaos loreng memaksa membuka portal pintu masuk ke Segara Rupek yang dijaga sejumlah pecalang dengan membuka langsung ikatan tali dan mempersilakan puluhan orang dengan sepeda motor dan mobil masuk ke Kawasan TNBB.
Aksi buka paksa portal oleh warga yang dijaga pecalang, Rabu 22 Maret 2023 diawali dengan ketegangan di Dusun Tegal Bunder kawasan TNBB pintu masuk Segara Rupak, pecalang adat yang melakukan penjagaan di pintu tersebut melarang warga untuk masuk, bahkan kemudian warga terus bertambah, termasuk himbauan yang dilakukan pecalang tidak digubris. (TIM)
Discussion about this post