Sejumlah pesisir pantai di kawasan pesisir Gilimanuk kondisinya mulai memprihatinkan akibat tergerus abrasi. Salah satunya yang wilayah cukup rawan berada di Lingkungan Jineng Agung. Kondisi ini pun sudah sering dikeluhkan warga.
Negara, Calon Gubernur Bali nomor urut 1 Wayan Koster, Rabu (21/3/2018) menyempatkan diri melihat langsung dari dekat kondisi tersebut. Didampingi Ketua DPC PDIP Jembrana Made Kembang Hartawan, Koster melihat abrasi telah mengikikis sebagia besar kawasan pesisir pantai di kawasan pintu masuk Pulau Bali itu. “Kondisinya sudah sangat memprihatinkan sekali. Bahkan tadi ada yang sangat dekat dengan pemukiman penduduk,” ujarnya.
Koster pun kemudian merasa was-was terhadap keselamatan para warga yang bermukim di sana, meskipun sebelumnya telah dibuatkan senderan. “Yang tidak boleh kita lupa pikirkan, malahan justru paling penting adalah bagaimana soal keselamatan jiwa warga di sini,” ungkapnya.
Dia memandang perlu adanya koordinasi antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik dengan pertimbangan dari segala aspek. Baik itu perencanaan berupa kajian teknis, maupun persoalan pendanaan.
Tiga periode duduk di DPR RI, Koster berjanji akan memfasilitasi persoalan ini ke Kementerian terkait, agar segera mendapatkan perhatian dan tindakan dari pemerintah pusat. “Kita harus pikirkan solusi terbaik. Dari segala aspek harus dipikirkan agar penyelasiannya tidak setengah-setengah. Pertama bagaimana menyelamatkan kawasan pantai di sini dari abrasi agar kerusakan lingkungan tidak makin parah. Selanjutnya soal kelangsungan hidup masyarakat pesisir di sini. Keduanya harus sejalan bersama,” jelasnya.
Wayan Koster juga mengunjungi Museum Purbakala Gilimanuk di Kabupaten Jembrana yang merupakan salah satu mata rantai penting perjalanan sejarah peradaban Pulau Bali. Didampingi Tim Ketua Pemenangan Koster-Ace Made Kembang Hartawan, Koster menerima sejumlah penjelasan dari petugas tentang keberadaan museum yang berdiri di kawasan seluas sekitar 20 hektar tersebut. Bahwa di lokasi ini banyak ditemukan fosil manusia purba serta sejumlah benda-benda bekal kubur manusia purba Gilimanuk seperti gerabah atau priuk serta perhiasan-perhiasan lainnya.
Pada Januari 2016, di tempat ini, Tim Arkeologi kembali menemukan kerangka manusia purba yang diperkirakan berasal dari 257 tahun sebelum masehi (SM). Keberadaan kerangka manusia purba Gilimanuk ditemukan dalam kegiatan ekskavasi atau penggalian pada ke dalaman 1,5 meter dengan luas 2×2 meter.
“Sebetulnya situs ini pertama kali ditemukan pada tahun 1963 oleh Prof. Dr. R.P. Soejono. Ketika itu ditemukan kerangka dalam tempayan serta berbagai manik-manik, gerabah, serta barang-barang perunggu yang merupakan sisa kegiatan masyarakat pada masa prasejarah Indonesia sekitar 2000 tahun yang lalu, menjelang masa Hindu-Buddha,” jelasnya.
Sayangnya, museum yang dibangun pada tahun 1994 ini masih sangat sepi dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara. Padahal di tempat ini menyimpan berbagai kisah unik yang terkait dengan asal muasal nenek moyang penduduk Bali pada zaman sebelum sebelum masehi. “Ramainya ketika musim libur sekolah, dikunjungi oleh anak-anak tour sekolah. Ada juga peneliti dari luar negeri, paling sering dari Jerman dan Denmark,” sebutnya.
Melihat kondisi tersebut, Koster mengatakan keberadaan museum Purbakala Gilimanuk harus dilestarikan. “Penemuan kerangka manusia dan sejumlah benda-benda purbakala yang tersimpan di museum ini menjadi bukti sudah ada peradaban di Bali ratusan tahun sebelum masehi. Museum ini harus dipertahankan dan dilestarikan,”tegas Koster.
Diakuinya minat masyarakat secara umum berkunjung ke museum relatif menurun, untuk itulah kedepan keberadaan museum-museum di Bali harus menjadi bagian paket wisata yang harus disosialisasikan atau dipromosikan kepada wisatawan. “Karena dengan berkunjung ke museum, selain berwisata, juga banyak ilmu yang akan diperoleh,”pungkasnya.
Calon Gubernur Bali nomor urut 1, Wayan Koster didampingi Ketua DPD PDIP Jembrana Made Kembang Hartawan, juga menyusuri “gang hijau” Lingkungan Satria Kelurahan Pendem Kecamatan Jembrana.
Gang-gang pemukiman warga tertata sangat asri dan bersih. Sepanjang gang warga menata dengan menanam berbagai tanaman hias dan obat-obatan di depan rumah mereka. Hebatnya, tanaman-tanaman tersebut dirawat dari hasil pengolahan sampah organik.
Di tempat ini, Koster menyempatkan diri mengunjungi rumah pelopor “gang hijau” Lingkungan Satria Kelurahan Pendem Ketut Kina. Dari Ny. Ketut Kina, Koster menerima penjelasan tentang konsep gang hijau yang dipelopori suaminya sejak beberapa bulan lalu itu.
Menurut Ny. Ketut Kina, warga selain menanam tanaman hias dan obat-obatan juga mengelola sampah menjadi hal yang berguna bagi lingkungan serta mempunyai manfaat ekonomis. “Sampah rumah tangga dari warga di masing-masing rumah telah pisahkan terlebih dahulu. Sampah organik diolah menjadi pupuk, sedangkan non-organik di serahkan ke bank sampah,” jelasnya.
Ditambahkan konsep “gang hijau” ini hal ini dapat membantu meringankan pemerintah dalam mengurai limbah sampah rumah tangga. “Memang dari segi ekonomi hasilnya tak seberapa, tapi manfaat lainnya justru lebih baik seperti lingkungan menjadi asri dan bersih juga lebih sehat,” sebutnya.
Sementara itu, Koster memuji upaya yang dilakukan warga tersebut. Apalagi hal itu dilakukan secara swadaya serta atas kesadaran warga sendiri. “Hal ini patut ditiru oleh warga lain di Bali terutama di perkotaan. Karena hal ini bisa menjadi salah satu solusi mengurai permasalahan sampah yang kita hadapi Kunci awalnya adalah bagaimana membangun kesadaran masyarakat tentang kebersihan dan sampah,” tutup Koster. (086)
Discussion about this post