Singaraja, Hari Suci Nyepi sebagai pergantian tahun bagi umat Hindu memiliki makna dan arti tersendiri, sebab Nyepi berdasarkan penanggalan atau kalender Caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Caka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit atau alam manusia dan Bhuana Agung atau alam semesta. Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu.
Owner atau Pemilik Apotek dan Distributor Farmasi Mulia Farma, Drh. Nyoman Dhukajaya, M.Si., menyebutkan, meyadnya lascarya merupakan bagian dari pelaksanaan nyepi, dimana dengan memaknai pelaksanaan secara tulus akan memberikan hasil yang diinginkan.
“Melaksanakan upacara dengan keiklasan, nah nyepi ini merupakan hal yang bersifat peralihan, selalu didahului dengan perlambang gelap. Sehingga Hari Raya Nyepi dapat dikatakan mengandung makna hari penyucian diri sebagai manusia dan alam semesta,” ujar Dhukajaya.
Owner Mulia Farma Dhukajaya mengucapkan Rahajeng Rahina Nyepi tahun baru caka 1945 dan berharap dapat menjalankan catur berata penyepian sebagai langkah untuk mulat sarira menuju hari yang lebih baik.
“Membuang segala kotoran atau segala hal negatif yang telah lampau untuk menyongsong tahun baru caka. Dan memulai tahun baru dengan sesuatu yang baru, sesuatu yang positif tentunya. Semangat yang baru untuk mengarungi kehidupan selanjutnya,” ujar Dhukajaya.
Pada hari raya Nyepi, tepatnya tilem kesanga, umat hindu di Bali memperingati Hari Raya Nyepi dengan tidak melakukan aktifitas seperti biasanya, pada hari tersebut dilakukan Catur Berata Penyepian yang terdiri dari Amati Geni, yaitu tidak boleh menggunakan atau menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu. Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani. Amati Lelungan, yaitu tidak berpergian melainkan melakukan mawas diri dan Amati Lelanguan, yaitu tidak mengobarkan kesenangan atau hiburan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sanghyang Widhi. (TIM)
Discussion about this post