Singaraja, Penjabat (Pj) Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menginginkan pendapatan dari pajak daerah terus dimaksimalkan. Tentunya, yang sesuai kewenangan dari pemerintah kabupaten. Hal itu disampaikannya saat ditemui usai menghadiri Pajak Awards dan Desa Subak Starpa tahun 2022 di Gedung Mr. Gusti Ketut Pudja, Eks Pelabuhan Buleleng, Senin 12 Desember 2022.
Lihadnyana menjelaskan potensi-potensi penerimaan dari pajak daerah sedang dikaji lebih dalam. Dengan mengetahui potensi-potensi tersebut, penerimaan pajak daerah bisa lebih dimaksimalkan. Tentunya pajak daerah yang sesuai dengan kewenangan pemerintah kabupaten.
“Pengetahuan akan potensi-potensi pajak daerah ini diperoleh dari kajian-kajian sebelumnya. Dengan begitu, kita akan bisa menggali lagi dan meningkatkan penerimaan dari pajak daerah tersebut,” jelasnya.
Setelah memaksimalkan potensi yang ada, penggunaan dana dari penerimaan pajak daerah akan dilaporkan kepada masyarakat secara sangat transparan. Melalui transparansi, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah akan terbangun. Masyarakat akan mengetahui uang yang disetorkan digunakan untuk apa saja. “Intinya seperti itu. Ketika masyarakat percaya, kesadaran membayar pajak akan terbangun dengan sendirinya,” ujar Lihadnyana.
Lebih lanjut, Lihadnyana mengatakan upaya-upaya peningkatan penerimaan dari pajak daerah terus dilakukan. Salah satunya adalah mengejar piutang pajak yang belum terbayarkan. Guna memaksimalkan penerimaan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng melibatkan aparat penegak hukum (APH). Total piutang yang dimiliki sebesar Rp112 miliar. Jika masih ada penunggak pajak, Pemkab Buleleng memberikan tindakan persuasif terlebih dahulu.
“Masyarakat yang belanja di restoran atau yang menginap di hotel kan menitipkan pajaknya. Sehingga menjadi pertanyaan kenapa tidak disetorkan. Oleh karena itu, terdapat piutang yang begitu besar. Itu yang kita kejar dengan melibatkan APH,” kata dia.
Lihadnyana juga mengapresiasi wajib pajak yang sudah berjuang bersama untuk taat membayar pajak dan diharapkan bisa menjadi contoh untuk yang lain sehingga pajak sebagai urat nadi pembangunan daerah bisa menjadi langkah percepatan dalam membangun Buleleng.
Lihadnyana menambahkan, pelaporan penagihan pajak agar kedepan bisa dilaporkan secara real time karena sebagaimana kita ketahui pajak itu dipungut untuk pembangunan di Kabupaten Buleleng, jika potensi pajak ini dimaksimalkan dengan pengelolaan yang akuntabel maka dapat menumbuhkan kepercayaan kepada masyarakat. “Mari kita bersama tingkatkan kesadaran dalam hal memenuhi kewajiban untuk membayar pajak,”tegasnya.
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah (BPKPD) Buleleng Gede Sugiartha Widiada menyebutkan program percepatan Elektronifikasi Transaksi Pemerintah Daerah (ETPD) telah dilaksanakan. Secara menyeluruh baik sektor pendapatan ataupun belanja. Perluasan digitalisasi daerah juga sudah meliputi pengelolaan pajak dan retribusi. Beberapa bentuk digitalisasi penerimaan antara lain implementasi point of sales (POS) di 60 wajib pajak restoran. Implementasi e-ticketing di 10 daerah tujuan wisata (DTW) air terjun, e-retribusi di 20 puskesmas, dan implementasi e-retribusi di seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) penghasil. “Dengan begitu pengelolaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) bisa transparan. Program kegiatan ini akan terus ditingkatkan dan dilakukan secara berkesinambungan,” sebutnya.
Pada kesempatan itu PJ Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana, didampingi Sekretaris Daerah (Sekda) Buleleng Gede Suyasa, Ketua DPRD Buleleng Gede Supriatna, serta Kepala BPKPD Buleleng Gede Sugiartha Widiada menyerahkan penghargaan kepada 95 orang wajib yang telah memberikan kontribusi terhadap pendapatan asli daerah (TIM).
Discussion about this post