• Redaksi
  • Privacy & Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Sitemap
Sunday, June 8, 2025
  • Login
www.dewatapos.com
  • HOME
  • NEWS
    • Bali
      • Buleleng
      • Denpasar
      • Badung
      • Gianyar
      • Tabanan
      • Klungkung
      • Karangasem
      • Jembrana
      • Bangli
    • Nasional
    • Internasional
  • HUKUM & KRIMINAL
  • POLITIK
  • BIROKRASI
  • OLAHRAGA
  • PESONA
    • Budaya
    • Wisata
  • FIGUR
No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • Bali
      • Buleleng
      • Denpasar
      • Badung
      • Gianyar
      • Tabanan
      • Klungkung
      • Karangasem
      • Jembrana
      • Bangli
    • Nasional
    • Internasional
  • HUKUM & KRIMINAL
  • POLITIK
  • BIROKRASI
  • OLAHRAGA
  • PESONA
    • Budaya
    • Wisata
  • FIGUR
No Result
View All Result
www.dewatapos.com
No Result
View All Result
Home BIROKRASI

Tri Hita Karana : Fondasi Harmoni Tempat Ibadah dan Pariwisata Bali

Oleh : Kadek Supri Budiadnyana Mahasiswa Magister Akuntansi 2024 Undiksha

by redaksi dewatapos
27/11/2024
Reading Time: 3 mins read
0
Tri Hita Karana : Fondasi Harmoni Tempat Ibadah dan Pariwisata Bali

Bali dengan julukan Pulau Dewata, telah lama dikenal sebagai destinasi wisata dunia yang menyatukan keindahan alam, budaya, dan spiritualitas. Keindahan alam yang dimiliki bali mampu memikat berbagai wisatawan manca negara untuk datang melihat dan menikmati berbagai wisata alam seperti pegunungan, pantai, dan persawahan.

Selain itu, nilai-nilai budaya yang ditanamkan oleh masyarakat bali dalam kehidupan sehari-hari menjadi sesuatu yang unik untuk dilihat oleh para wisatawan bali. Tidak hanya keindahan alam dan budaya, bali juga memiliki pesona spiritualitas yang mendalam yang dibuktikan dengan adanya berbagai bangunan suci pura sebagai tempat ibadah agama hindu. Sehingga untuk menjaga keharmonisan alam, budaya dan spiritualitas ini perlunya keseimbangan harmoni agar semua aspek tetap terjaga.

Salah satu filosofi mendasar yang membentuk harmoni ini adalah Tri Hita Karana, yang berarti “tiga penyebab kebahagiaan.” Konsep ini mengajarkan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Tuhan (Parahyangan), manusia dengan sesama manusia (Pawongan), dan manusia dengan alam (Palemahan). Implementasi Tri Hita Karana tidak hanya terlihat dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, tetapi juga tercermin dalam pengelolaan tempat ibadah yang menjadi daya tarik wisata.

Berita Terkait

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan

Undiksha Raih Akreditasi Unggul

Tempat ibadah di Bali, seperti pura-pura besar—contohnya Pura Besakih, Tanah Lot, dan Uluwatu—menjadi bukti nyata implementasi Tri Hita Karana. Dalam konteks Parahyangan, tempat-tempat ini berfungsi sebagai ruang sakral untuk sembahyang dan ritual. Namun, dalam kaitannya dengan Pawongan, tempat ini juga dirancang untuk membuka ruang bagi wisatawan yang ingin mengenal lebih dekat budaya dan spiritualitas Bali, tanpa mengurangi kesakralannya. Berbagai aktraksi sakral yang ditampilkan sebagai bentuk daya tarik budaya bali yang dimiliki agar bisa dinikmati oleh para wisatawan tanpa mengurangi esensi nilai spiritual itu sendiri

Melalui pendekatan Tri Hita Karana, komunitas lokal diberdayakan sebagai pengelola yang menjaga keseimbangan antara fungsi religius dan ekonomi. Pemandu lokal misalnya, tidak hanya memberikan informasi kepada wisatawan tetapi juga mendidik mereka tentang pentingnya menghormati tradisi dan norma setempat. Pentingnya pendidikan ini dilakukan untuk menjaga dan melestarikan kawasan tempat ibadah agar nilai kesakralan dan nilai spiritualnya tidak berkurang.

Dalam aspek Palemahan, pelestarian lingkungan sekitar tempat ibadah menjadi prioritas utama. Contohnya, Tanah Lot menerapkan zona konservasi untuk melindungi ekosistem pantai dari eksploitasi berlebihan. Demikian pula, desa-desa adat di sekitar pura besar sering menerapkan sistem gotong royong untuk membersihkan area pura, memastikan keindahan lingkungan tetap terjaga. Dalam hal ini Kesadaran masyarakat menjadi kunci penting dalam menjaga kelestarian lingkungan pada tempat ibadah

Penerapan Tri Hita Karana ini tidak hanya melindungi keaslian budaya dan spiritual Bali tetapi juga menjadikan tempat ibadah sebagai contoh pariwisata berkelanjutan. Wisatawan yang datang tidak hanya menikmati pemandangan indah, tetapi juga mendapat pemahaman lebih dalam tentang nilai-nilai lokal yang menjunjung tinggi keharmonisan.

Namun, implementasi Tri Hita Karana dalam pariwisata tidak lepas dari tantangan. Komersialisasi yang berlebihan terkadang mengancam kesakralan pura, sementara lonjakan jumlah wisatawan dapat memberikan tekanan pada lingkungan dan masyarakat lokal. Perlunya sosialisasi tentang rambu-rambu ketika memasuki tempat ibadah agar para wisatawan mengetahui mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam area tersebut.

Oleh karena itu, diperlukan regulasi yang ketat dan kesadaran kolektif untuk menjaga keseimbangan. Penerapan regulasi yang tegas akan memberikan rambu-rambu baik kepada wisatawan dan masyarakat lokal dalam keberlangsungan pariwisata di Bali.

Sebagai penutup, Tri Hita Karana adalah fondasi yang menjadikan Bali unik di mata dunia. Filosofi ini tidak hanya menjaga keharmonisan dalam kehidupan masyarakat Bali tetapi juga menawarkan solusi berkelanjutan untuk pariwisata modern. Dengan menjunjung tinggi nilai-nilai ini, Bali dapat terus menjadi inspirasi bagi dunia dalam menciptakan hubungan yang selaras antara spiritualitas, budaya dan alam. |RED

 

Tags: opinitrihitakaranaundiksha
Share5SendScanShareSend
Previous Post

Kembangkan Desa Wisata Berkeselamatan, Jasa Raharja Luncurkan Program Beta-JR di Desa Karangrejek

Next Post

Gelar Lomba Memasak, DWP Libatkan Chef Profesional Sebagai Juri

Baca Juga

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan
OPINI

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan

06/04/2025
INS & Rekan mengucapkan Marhaban Ya Ramadhan
BIROKRASI

INS & Rekan mengucapkan Marhaban Ya Ramadhan

30/03/2025
Tirta Hita Buleleng Ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri
BIROKRASI

Tirta Hita Buleleng Ucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri

30/03/2025
Next Post
Gelar Lomba Memasak, DWP Libatkan Chef Profesional Sebagai Juri

Gelar Lomba Memasak, DWP Libatkan Chef Profesional Sebagai Juri

Discussion about this post

Recommended

Kasus Covid-19 di Buleleng, Dilaporkan 3 Kasus Terkonfirmasi Baru

Kasus Covid-19 di Buleleng, Dilaporkan 3 Kasus Terkonfirmasi Baru

30/11/2021
JFC Busungbiu Dirampok, Satu Terduga Pelaku Diamankan Polisi

JFC Busungbiu Dirampok, Satu Terduga Pelaku Diamankan Polisi

29/12/2018

Most Popular

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan
OPINI

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan

06/04/2025
Berkonsep Sociopreneur, Jelang Galungan dan Kuningan Pasutri di Buleleng Gelar Pasar Murah Digital
NEWS

Berkonsep Sociopreneur, Jelang Galungan dan Kuningan Pasutri di Buleleng Gelar Pasar Murah Digital

06/04/2025
Dua Sepeda Motor Adu Jangkrik, Satu Orang Meninggal Dunia
NEWS

Dua Sepeda Motor Adu Jangkrik, Satu Orang Meninggal Dunia

06/04/2025
  • Redaksi
  • Privacy & Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Sitemap
More Info : redaksi@dewatapos.com

© 2018 powered by - PT SINGARAJA INTER MEDIA

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • Bali
    • Nasional
    • Internasional
  • HUKUM & KRIMINAL
  • POLITIK
  • BIROKRASI
  • OLAHRAGA
  • PESONA
  • FIGUR

© 2018 powered by - PT SINGARAJA INTER MEDIA