Berbeda dengan pelaksanaan sebelumnya, pelaksanaan melasti biasanya dilakukan pada sasih kedasa, namun berkaitan dengan Panca Wali Krama Di Pura Besakih, prosesi melasti Desa Pakraman Buleleng dilakukan pada sasih kesangga.
Singaraja, Prosesi melasti yang dilakukan Desa Pakraman Buleleng, Minggu (3/3/2019) melibatkan 14 banjar adat dan 83 sarad serta kotak ampilan yang diawali dari Pura Desa di Jalan Mayor Metra Singaraja dengan menyusuri Jalan Gajahmada dan Imam Bonjol menuju Eks Pelabuhan Buleleng dan Pura Segara Desa Pakraman Buleleng.
Meski dimajukan pelaksanaan melasti di Desa Pakraman Buleleng yang biasanya dilakukan saat Purnama Kedasa atau setelah pelaksanaan Hari Suci Nyepi, namun para warga tumpah ruah di sepanjang jalan yang menjadi route pelaksanaan melasti tersebut.
“Dalam awig-awig desa pakraman adat Buleleng Pasal 80 ayat 1 beserta penjelasannya menyatakan bahwa jika melasti bersamaan dengan rangkaian pelaksanaan Panca Wali Krama di Pura Besakih maka pelaksanaan melasti yang biasanya diselenggarakan pada Purnama Kedasa dimajukan pada sasih kesanga,” ungkap Kelian Desa Pakraman Buleleng Nyoman Sutrisna.
Prosesi melasti yang dilaksanakan sebagai simbolisasi pembersihan itu diwarnai dengan mekekobok dengan menyusuri dan berjalan di pinggir pantai dan selanjutnya menuju Pura Segara Desa Pakraman Buleleng untuk dilakukan prosesi persembahyangan.
“Mengacu pada lontar Sundarigama dan lontar Aji Swamandala bahwa melasti merupakan pembersihan alam melalui prosesi Anganyutaking malaning bumi, ngamet tirta amerta atau menghanyutkan kekotoran alam menggunakan air kehidupan,” ujar Sutrisna yang juga Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Buleleng.
Secara inti, Kelian Desa Pakraman Buleleng Sutrisna mengatakan, kegiatan pembersihan melalui melasti itu dilakukan untuk mengingatkan agar meningkatkan srada bakti kepada Ida sanghyang Widhi Wasa dan juga melakukan pembersihan secara lahir dan batin. “Tujuan daripada kita melakukan melasti sekarang adalah untuk membersihkan Bhuwana Alit maupun Bhuwana Agung yang ada di masing-masing desa pakramannya,” papar Sutrisna.
Sementara, usai pelaksanaan prosesi yang dilakukan di Pura Segara Desa Pakraman Buleleng, warga dari masing-masing Banjar Adat kembali menyusuri jalan yang sebelumnya dilewati menuju Desa Adat Buleleng dan selanjutnya kembali ke masing-masing Banjar Adat. (022)
Discussion about this post