Sejumlah narapidana (napi) yang menghuni Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Singaraja, dilatih untuk bisa memiliki skill dalam dunia kerja. Selama menjalani masa penahanan, mareka diberikan kesempatan untuk bekerja dalam sebuah usaha. Salah satunya, usaha cuci motor yang langsung melibatkan sejumlah napi Lapas Kelas IIB Singaraja.
Singaraja, Berdasarkan pantauan di Lapas Kelas IIB Singaraja pada Kamis (24/1/2019) siang, setidaknya ada beberapa napi penghuni Lapas Singaraja melakukan aktivitas usaha cuci motor, yang berada persis dihalaman depan Lapas Singaraja. Mereka mulai membersihkan motor-motor konsumen mulai pukul 09.00 wita hingga pukul 17.00 wita. Setelah usaha itu tutup, mereka kembali menjalani kehidupan dibalik jeruji besi.
Salah satu napi yang terlihat sibuk mencuci motor hingga bersih yakni Gede Agus (22). Agus yang merupakan napi atas kasus pencurian laptop pada April 2016 lalu mengaku, senang mulai disibukkan dengan kegiatan mencuci motor, ketimbang mendekam dibalik jeruji besi.
Disela-sela kesibukanmencuci motor, Agus yang merupakan pria asal Desa Tamblang ini menuturkan, kesempatan yang diberikan Kepala Lapas Kelas IIB Singaraja, Risman Somantri tidak akan disia-siakan dirinya sebagai bekal skill jika nantinya ia keluar dari penjara.
“Ya Senang bisa menghirup udara segar, walau sebentar. Cuci motornya mulai jam 09.00 sampai sore. Di gaji tapi nanti diambil setiap bulan. Sehari bisa nyuci 10 sampai 20 motor, ongkosnya per motor Rp10 ribu,” ucap Agus, yang saat itu ditemani petugas Lapas Singaraja.
Sementara Kepala Lapas Kelas IIB Singaraja, Risman Somantri mengakui, bahwa usaha cuci motor khusus bagi penghuni Lapaa Singaraha ini dibuka sejak seminggu lalu. Menurut Risman, ini merupakan bagian dari pembinaan bagi para napi, agar memiliki skill yang bisa dimanfaatkan saat bebas nanti.
“Saya lihat usaha cuci motor di wilayah Singaraja masih jarang, makanya saya berpikir ini peluang, bisa libatkan banyak napo. Dengan itu kami meberikan para napi ini bekal skill, lagian modal usaha ini kan tidak besar. Jadi saat dia bebas, kalau dia mau buka usaha ini, sudah bisa, tidak akan mengulangi perbuatan sebelumnya,” ungkap Risman.
Risman menjelaskan, para napi yang ikut berkecimpung dalam usaha cuci motor ini tidaklah mudah. Bahkan sebelum napi ini bekerja, pihaknya melakukan penilaian terhadap kelakuan para napi selama berada di dalam lapas, melihat asal usul keluarga dan korbannya. Lalu, hasil itu selanjutnya diajukan ke sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP).
Untuk itu, meskipun lokasi cuci motor berada di halaman depan Lapas, Risman yakin tidak akan dipakai kesempatan para napi untuk melarikan diri. “Kami kan tetap melakukan penjagaan ketat, awasi merela. Dilokasi ada petugas memantau mereka. Kecuali napi yang kasus tipikor, bandar narkoba, ilegal loging, teroris, tidak kami izinkan, karena pencucian motor itu lokasinya ada di luar,” terang Risman.
Selain usaha cuci motor, para napi juga dilatih keterampilan membuat batako. Dalam sehari ada 300 batako yang berhasil dibuat, kemudian dijual kepada pihak ketiga terutama kontraktor. “Semua ini sistemnya bagi hasil, berapa persen dari total penghasilan untuk para napi. Meski untungnya tidak seberapa, yang penting para napi bisa semangat menjadi orang baik,” jelas Risman.
Kedepan, pihak Lapas Singaraja juga akan membuat usaha kedai kopi tepat disamping tempat cuci motor tersebut dan membentuk kelompok kerja laundry untuk napi perempuan, termasuk membekali para napi kursus bahasa Inggris. “Lami masih rancang dan kami remcana ajak universitas di Buleleng bekerja sama. Suka tidak suka karena Bali destinasi pariwisata, ditambah bakal ada Bandara, dengan kemampuan bahasa membuat mereka bisa bersaing,” pungkas Risman. (033)
Discussion about this post