Singaraja, Mengalami gangguan jiwa Luh Suparwati (43) warga Dusun Kanginan Desa Bontihing Kecamatan Kubutambahan Buleleng, dipasung dengan kaki terikat di dalam sebuah kamar gelap ditempat tinggalnya, hingga kemudian mendapat perhatian Suryani Institute for Mental Health (SIMH).
Atas kondisi itu, SIMH mendesak orangtuanya Wayan Mara (68) Minggu 26 Februari 2023 untuk mendapat penanganan di RSUJ Bangli, “Kondisi Suparwati sangat memprihatinkan dan segara harus dievakuasi untuk mendapat penanganan di RSUJ Bangli. Kondisinya kesehatannya sudah sangat menurun, karena disamping kurang prawatan juga asupan gizi tidak mencukupi. Matanya sudah jamuran,’’ ungkap Ketua Team SIMH, dr Cokorda Bagus Jaya Lesmana, Sp Kj (K).
Pada saat bersamaan, Cokorda Bagus Jaya Lesmana atau sering dipanggil Cok Yaya langsung menghubungi Klian Banjar setempat dan orangtua Suparwati agar segera segera ditangani dengan serius.
Disamping pihak orangtua dan aparat setempat, Cok Yaya juga menghubungi atau melakukan koordinasi dengan pihak RSUJ Bangli serta Dinas Sosial menyangkut ‘jalur’ evakuasi atau penjemputan pasien termasuk kendala tentang biaya pengobatan pasien mengingat Suparwati sendiri tidak memilki BPJS kesehatan.
‘’Selama ini Luh Suparwati masih belum diregistrasi dengan jelas di Desa karena ada beberapa masala. Karena itu kami menyarankan kepada aparat desa untuk mendaftarkan asuransi kesehatan KIS PIB (Pemberian Bantuan Iuran) yang dibiayani pemerintah supaya tidak membebani keluarga.’’ jelas Cok Yaya kembali.
Luh Suparwati adalah penderita ganggaun jiwa yang sudah acut. Sekitar tahun 2009, Suparwati pernah mendapatkan penanganan dari SIMH (Suryani Institute for Menatl Health). Kondisinya sempat semakin membaik. Namun kemungkinan karena keterlambatan penanganan pemberian obat dari keluarga Suparwati sempat kambuh dan ngamuk. Bahkan Suparwati sempat mencederai beberapa orang di kampungnya termasuk bapaknya sendiri hingga tangan kelingkingnya mengalami cacat seumur hidup. Karena kondisi tersebut, Suparwati langsung dilarikan ke RSUJ Bangli.
Dari penuturan Wayan Mara orangtua Parwati katanya paling tidak keluarganya membawa Suparwati ke RSUJ Bangli sebanyak enam kali. ’’Sampai saya pernah dimarahi perawat di sana – sedikit sedikit dibawa ke sini, sedikit sedikit dibawa ke sini, bertahan dulu. Saya jadi malu akhirnya saya pasrah saya ikat di kamar’’ ungkapnya.
Sejak saat itu akhirnya tidak pernah membawa lagi ke RSUJ Bangli, tetapi justru mengikatnya dengan rantai di kamar gelap. ‘’Saya sudah trauma kalau melepas anak saya, takut ngamuk kembali dan melukai orang-orang,’’ungkap Bapak Suparwati sambal menunjukan jari kelingkingnya yang bengkok.
Bertahun-tahun Suparwati mendekam di kamar gelap, dingin, kotor bau – karena mandi dan buang air di kamarnya. Awal-awal Suparwati bisa diajak berkomunikasi, seiring kesibukan anggota keluarga Suparwati sepertinya kurang mendapat perhatian. Orangtuanya yang hanya pensiunan guru,seperti tidak sanggup melihat anaknya menderita atau mengurusnya hingga memilih tinggal di kebun – menjauh dari rumah induknya. Sementara suparwati hanya dirawat oleh adik dan iparnya. Jadilah Suparwati semakin terpuruk meringkuk di kamar gelap. (LIT)
Discussion about this post