Mengalami kebutaan sejak lahir, seorang nenek (dadong) bernama Sukranis hidup seorang diri didalam gubuk peninggalan orang tuanya, bahkan kemiskinan yang menghimpitnya itu tidak pernah tersentuh dengan bantuan dari pemerintah.
Singaraja, Dadong Sukranis (82) sejak lahir sudah menjalani hidup yang pahit. Wanita yang berasal dari Banjar Dinas Kelod Kauh, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng ini, hidup sebatangkara ditengah kondisi kebutaan yang dialami sejak lahir. Bukan itu saja, dadong Sukranis hidup dibawah garis kemiskinan. Yang membuat miris, dadong ini belum pernah sama sekali menerima bantuan dari pemerintah.
Kehidupan pahit ini sudah dinalani dadong Sukranis sejak puluhan tahun lamanya. Meski ditengah kondisi serba keterbatasan, dadong Sukranis tegar menjalani cobaan ini. Selama ini, dadong Sukranis hanya tinggal di sebuah gubuk berukuran sekitar 4 X 2 meter warisan dari almarhum ayahnya.
Didalam gubuk itu, hanya ada sebuah tungku api, dan sebuah meja terbuat dari bambu. Di meja itu dadong Sukranis yang hidup sebatang kara, tidur tanpa beralaskan tikar apalagi kasur. Meski mengalami kebutaan sejak lahir, namun dadong ini tetap bekerja, mencari uang sebagai pembuat porosan (bahan banten, red).
“Porosan saya jual sama pengepul, yang datang ke rumah. Sehari itu paling dapat Rp. 10 ribu. Bahan buat porosan dipesan sama tetangga, biar dibawakan ke rumah. Saya tidak bisa jalan jauh-jauh dari rumah karena tidak bisa melihat. Tapi kalau ke kamar mandi bisa, sudah hafal,” ungkap Dadong Sukranis, Jumat (2/3/2018) ditemui dikediamannya.
Dadong Sukranis mempunyai 5 orang saudara, namun semuanya sudah menikah. Pasca ditinggal meninggal oleh orang tuanya beberapa puluh tahun lalu, dadong Sukranis hidup sebatang kara. Terkadang, saudaranya menjenguk. Namun, dadong Sukranis memahami kondisi saudaranya yang juga serba kekurangan. Sehingga, ia memilih untuk tinggal seorang diri di gubuk.
Beruntung, banyak warga yang peduli dengan kondisi Dadong Sukranis. Warga sekitar sering membawakan makanan untuk nenek malang itu. “Saya memang tidak menikah, lebih nyaman tinggal sendiri. Tidak mau merepotkan siapa-siapa. Tapi saudara saya sering ke sini, bawa makanan. Kadang dibawakan tetangga. Lampu di rumah ada, tapi saya sering lupa menyalakannya. Kadang, tetangga datang buat nyalain lampu,” tutur dadong Sukranis.
Selama ini dadong Sukranis, tidak pernah tersentuh bantuan. Jangankan bantuan, Kartu Tanda Penduduk (KTP) pun ia tidak punya. Untuk itu, Dadong Sukranis berharap agar pemerintah bisa memberikan bantuan. Utamanya, bisa diberikan jaminan kesehatan. “Boleh saya minta sama pemerintah? Inginnya punya KTP, tapi biar dibantu bedah rumah. Saya tidak bisa kemana-mana. Kalau rumah mau dibedah, terima kasih sekali,” harap dadong Sukranis sembari tersenyum.
Sementara Klian Banjar Dinas Kelod Kauh Desa Panji, Nyoman Marsajaya, tidak menampik jika dadong Sukranis tergolong warga yang kurang mampu. Bukan itu saja Marsayaja mengakui, jika dadong malang itu belum tersentuh bantuan apapun dari pemerintah. Kata Marsajaya, usulan bantuan pemerintah untuk dadong Sukranis, terkendala administrasi kependudukan.
“Dari pihak pemerintah desa, selalu mencantumkan nama Dadong Sukranis kalau ada program bantuan apapun dari pemerintah daerah, provinsi, atau pusat. Tapi, karena tidak memiliki kartu keluarga dan KTP, jadi usulan kepada pemerintah tidak bisa terwujud,” jelas Marsajaya.
Bahkan Marsajaya mengaku, sudah sempat melakukan kordinasi, dan meminta bantuan kepada petugas Disdukcapil Buleleng untuk menjemput dadong Sukranis dalam pembuatan administrasi kependudukan.
“Kami sempat minta bantuan kepada petugas Disdukcapil saat acara jemput bola perekaman e-KTP di Panji, tapi gak ada tindaklanjut sampai sekarang. Ya, inginnya kami, biar dadong Sukranis bisa dijemput, dibuatkan KK dan KT. Kalau dibolehkan, nanti biar kami antar dadong kesana (Kantor Disdukcapil, red) agar melakukan perekaman,” ucap Marsajaya.
Dengan tidak adanya administrasi kependudukan itulah menjadi penyebab utama dadong Sukranis, tidak pernah mendapat bantuan. Namun Marsajaya mengaku, berupaya menggandeng berbagai komunitas yang bergerak di bidang kemanusiaan, untuk membantu dadong malang itu. “Ada beberapa komunitas sosial datang, mengunjungi dan memberikan donasi, juga sembako kepada dadong Sukranis,” pungkas Marsajaya. (033)
Discussion about this post