Singaraja, Panggung terbuka RTH Bung Karno Sukasada menjadi saksi perhelatan seni internasional dalam rangkaian Penutupan Buleleng International Rhythms Festival (BIRF) 2025, Kamis (13/03/2025).
Festival ini merupakan kolaborasi antara UNESCO, International Organization of Folk Art (IOV), Pemerintah Kabupaten Buleleng, Sanggar Seni Santhi Budaya, dan Puri Kanginan Buleleng yang menghadirkan delegasi seni dari lima negara seklaigus, yakni Taiwan, Korea Selatan, Thailand, Bulgaria, dan Jepang.
Hadir menutup kegiatan, Bupati Buleleng yang diwakili oleh Asisten I Setda Buleleng, Gede Sandhiasa, menegaskan bahwa Buleleng sangat tepat menjadi tuan rumah festival internasional ini mengingat sejarah panjangnya sebagai pusat peradaban multikultural di Nusantara.
“Festival ini tidak hanya menjadi ajang pertukaran budaya, tetapi juga sarana promosi pariwisata Buleleng ke dunia internasional. Dengan kehadiran delegasi dari lima negara ini, kami berharap jumlah kunjungan wisatawan ke Buleleng semakin meningkat,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Gede Sandhiasa berharap BIRF 2025 dapat menjadi agenda tahunan yang memperkaya promosi seni dan budaya Buleleng sekaligus meningkatkan pendapatan daerah di sektor pariwisata.
Sementara itu, Presiden IOV Indonesia, Andris Adhitra, menyoroti bahwa Buleleng sejak dahulu kala telah menjadi pintu masuk berbagai budaya ke Bali. Sebagai kota pelabuhan, Buleleng telah lama menjadi rumah bagi komunitas Tiongkok, Bugis, Arab, India, hingga Eropa, yang menciptakan harmoni keberagaman dan toleransi.
“Festival ini adalah bukti nyata bagaimana seni dan musik dari berbagai negara dapat bertemu dan berkolaborasi di Buleleng. Tema festival kali ini, ‘A Hidden Beauty’ ingin mengangkat kembali keindahan Buleleng yang belum banyak dikenal dunia,” ujarnya.
Disisi lain, Ketua Sanggar Santhi Budaya sekaligus Pembina BIRF 2025, Gusti Eka Prasetya, mengungkapkan bahwa festival ini adalah hasil perjuangan selama sembilan tahun untuk mengangkat kembali jati diri Buleleng sebagai ikon seni budaya internasional.
“Tahun ini menjadi momen bersejarah karena untuk pertama kalinya UNESCO dan IOV merekomendasikan BIRF sebagai festival bertaraf internasional di Bali, dengan Buleleng sebagai tuan rumah,” jelasnya.
Lebih dari itu, Gus Eka mengatakan bahwa Buleleng akan menjadi tuan rumah dua festival internasional setiap tahun, yaitu Buleleng International Rhythms Festival (BIRF) di semester awal dan Buleleng International Folk Art Youth Festival di semester kedua, yang akan fokus pada seni budaya bagi generasi muda dan digelar sekitar Oktober atau November.
“Dengan demikian, Buleleng semakin memperkuat posisinya sebagai pusat seni dan budaya internasional di Indonesia, sekaligus membawa manfaat nyata bagi masyarakat melalui pelestarian budaya, pengembangan seni, serta peningkatan ekonomi pariwisata,” tutupnya.|KMS
Editor : Made Suartha
Discussion about this post