Melestarikan bahasa dan aksara bali kepada generasi muda, Desa Adat Kubutambahan mengelar lomba dengan melibatkan para generasi muda yang tergabung dalam Yowana dari tujuh Banjar Adat di Desa Kubutambahan Buleleng.
Singaraja, Pelestarian bahasa bali dan penulisan aksara bali dengan tema “Wana Kerthi: Sabdaning Taru Mahottama” yang bermakna Bahasa Bali sebagai Altar Pemuliaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali Tertaut Jelajah Pemaknaan Hutan sebagai Prana Kehidupan digelar Desa Adat Kubutambahan dengan melibatkan para Yowana di Desa setempat di tingkat SD, SMP, SMA atau SMK dan Perguruan Tinggi serta masyarakat.
Lomba pelestarian bahasa bali dan penulisan aksara bali yang dilaksanakan di Wantilan Desa Adat Kubutambahan, Sabtu 26 Juni 2021 melibatkan tujuh peserta sebagai duta dari masing-masing Banjar Adat di Kubutambahan dengan katagori lomba meliputi Nyurat Aksara (menulis bahasa Bali), merangkai cerita dengan bahasa Bali serta berpidato bahasa Bali alus.
Bendesa Adat Jro Warkandea mengatakan, pentingnya penerapan bahasa Bali harus dimulai sejak dini. Desa adat dan dinas tidak bisa dipisahkan sehingga secara bersama-sama melaksanakan lomba sebagai pelestarian budaya, adat.
“Jadi bulan bahasa ini program Gubernur Nangun Sat Kerthi Loka Bali. Desa adat diberikan dana BKK 300 juta, nah dalam posnya itu kita anggarkan 7 juta untuk pelaksanaan kegiatan yang intinya ada Satua Bali,Pidato Bali, dan kami ambil berpidato Bali antar Banjar Adat sehingga tanggung jawab kami bagaimana pelaksanaan kegiatan ini mampu terlaksana sesuai arahan Gubernur,” papar Warkadea.
Jro Warkadea mengatakan, bahasa bali sebagai bahasa Ibu, sehingga wajib hukumnya masyarakat di Bali untuk melestarikan kebudayaanya sendiri, “Ini adalah bahasa warisan budaya yang adi luhung. Kita di Bali dalam kegiatan baik di Pura maupun di rumah wajib berbahasa Bali halus, dari Yohana ini kita didik anak bagaiman dirinya menjadi emsi misalnya, paling tidak mengerti dasar dan makna bahasa Bali,” tegasnya.
Luh Dian Ayu Lestari yang menjadi salah satu Juara dalam lomba yang digelar Desa Adat Kubutambahan mengatakan pentingnya pelaksanaan lomba tersebut dilaksanakan secara berkala sebagai upaya pelestarian dan mempertahankan bahasa dan aksara bali.
“Ini hal yang sangat bagus untuk melatih anak-anak muda, walaupun kami mahasiswa tetapi jarang juga menggunakan bahasa Bali halus. Dan itu masih sulit kita terapkan dirumah apalagi untuk tampil kedepan berbicara bahasa halus. Nah ajang seperti ini sangat perlu dilakukan kepada yowana-yowana yang ada di Bali supaya bahasa Bali ini tetap terlestarikan. Dan ini tidak harus menunggu bulan-bulan bahasa,” ungkap Dian Lestari. (DEM)
Discussion about this post