Menjelang Pertemuan Tatap Muka (PTM) yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Buleleng dalam pelaksanaan belajar mengajar, beberapa sarana dan prasarana pendukung belum memadai dalam pelaksanaannya, bahkan sebuah ruang belajar di dekat Kantor Bupati Buleleng, plafonnya nyaris jebol sehingga membahayakan anak didik.
Singaraja, Kondisi beberapa sekolah menjelang diberlakukan pertemuan tatap muka (PTM) secara terbatas belum sepenuhnya siap dilakukan. Bukan lantaran antisipasi penyebaran Covid-19 dengan pelaksanaan protokol kesehatan, namun justru sarana dan prasarana sekolah yang menjadi ancaman keselamatan anak didik.
Setelah di SD Negeri 2 Kalibukbuk yang mengalami rusak parah akibat plafon pada ruang guru jebol dan ruangan tidak dapat difungsikan, hal serupa juga terjadi di SD Negeri 2 Banjar Tegal yang letak sekolahnya tidak jauh dari Kantor Bupati Buleleng, bahkan berdampingan dengan Kantor Lurah Banjar Tegal.
Tiga batang bambu besar terlihat didepan bangku belajar anak didik, bambu itu digunakan untuk menunjang plafon ruangan kelas VI sehingga menahan sambungan kayu pada atapnya yang jebol, bahkan kondisi ini membuat sebagian orang tua siswa merasa was-was dengan kondisi tersebut, apalagi pemerintah tengah menyiapkan untuk pelaksanaan PTM. “Nah, itu harus disampaikan kepada Dinas Pendidikan, kayaknya tidak diketahui ada sekolah rusak seperti itu,” ujar salah satu orang tua yang namanya tidak mau disebutkan.
Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Made Astika, Senin (7/6/2021) saat dikonfirmasi belum memastikan adanya kerusakan saran dan prasarana pada sekolah-sekolah menjelang dilakukan PTM di Kabupaten Buleleng. “Ibarat rumah tanpa penghuni, barangkali partisi-partisi bangunan sekolah itu ada jebol, tentu itu menjadi perhatian kita bersama,” ujarnya.
Meski demikian, Kadisdikpora Astika meminta para kepala sekolah dan operator untuk melakukan pendataan sehingga dilakukan pola-pola penanganan dengan cepat meski anggaran untuk kegiatan perbaikan belum bisa dipenuhi. “Para kepala sekolah dan operator agar memasukan daftar-daftar yang menjadi kendala mereka pada bangunan,” tegas Astika.
Sebelumnya, permasalahan serupa juga ditemukan di SD Negeri 2 Kalibukbuk, dimana Kondisi bangunan sangat memprihatinkan, bahkan Kepala SD Negeri 2 Kalibukbuk, Made Mara mengakui adanya kerusakan yang terjadi, utamanya pada plapon depan ruang guru tersebut terjadi setahun lalu, bahkan kondisinya semakin parah saat datang musim penghujan.
“Untuk bedeg atau plapon depan ruang guru robohnya sudah sejak musim hujan kemarin, untuk sementara waktu kami tunjang dengan kayu karena kami masih belum bisa untuk menindaklanjuti dan selain itu fisik lainya dari bangunan ini juga termasuk kurang memungkinkan dan kami tidak berani naik untuk perbaiki,”ujar Made Mara.
Selain roboh sejak musim hujan kemarin, bangunan tersebut hanya mendapat rehab dari Pemkab pada tahun 2002, beruntung tidak ada aktivitas belajar mengajar dari pihak sekolah akibat pandemi melanda hanya siswa siswa hanya belajar Daring. Namun aktivitas para guru yang mestinya menggunakan ruangangnya harus pindah keruangan kepala sekolah sehingga mereka ngumpul bareng. (TIM)
Discussion about this post