• Redaksi
  • Privacy & Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Sitemap
Tuesday, June 24, 2025
  • Login
www.dewatapos.com
  • HOME
  • NEWS
    • Bali
      • Buleleng
      • Denpasar
      • Badung
      • Gianyar
      • Tabanan
      • Klungkung
      • Karangasem
      • Jembrana
      • Bangli
    • Nasional
    • Internasional
  • HUKUM & KRIMINAL
  • POLITIK
  • BIROKRASI
  • OLAHRAGA
  • PESONA
    • Budaya
    • Wisata
  • FIGUR
No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • Bali
      • Buleleng
      • Denpasar
      • Badung
      • Gianyar
      • Tabanan
      • Klungkung
      • Karangasem
      • Jembrana
      • Bangli
    • Nasional
    • Internasional
  • HUKUM & KRIMINAL
  • POLITIK
  • BIROKRASI
  • OLAHRAGA
  • PESONA
    • Budaya
    • Wisata
  • FIGUR
No Result
View All Result
www.dewatapos.com
No Result
View All Result
Home OPINI

Pendidikan, Kejujuran dan Realitas

Catatan Paradoks; Wayan Suyadnya

by redaksi dewatapos
07/01/2025
Reading Time: 2 mins read
0
Pendidikan, Kejujuran dan Realitas

Pendidikan, dalam gagasan ideal, adalah ruang untuk menanamkan nilai-nilai luhur seperti etika, moral, dan kejujuran.

Anak-anak dididik untuk menjadi pribadi yang bertanggung jawab, kritis, dan memegang teguh integritas. Namun, realitas di lapangan kerap kali melahirkan ironi yang membingungkan: dunia paradoks, di mana nilai-nilai yang diajarkan bertentangan dengan praktik sehari-hari.

Di Bali,  Pergub yang mewajibkan penggunaan kain tenun ikat endek adalah langkah bijak untuk melestarikan budaya lokal. Anak-anak dari TK hingga SMA, ASN, hingga pegawai swasta diimbau mengenakan kain endek sebagai bagian dari identitas Bali.

Berita Terkait

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan

Aturan Sampah dan Sampah Aturan

Namun, paradoks muncul ketika yang digunakan bukanlah endek asli, melainkan kain cetakan yang menyerupai endek.

Endek asli, hasil kerajinan tangan yang dibuat dengan penuh ketelatenan, memang tidak bisa diproduksi massal. Harganya mahal, tetapi nilai kejujurannya tak ternilai.

Jika anak-anak diajarkan untuk menghargai keaslian sejak dini, bukankah itu akan menumbuhkan rasa bangga sekaligus integritas? Keindahan sejati bukan hanya pada seragam berwarna-warni, tetapi pada kejujuran yang menyertainya.

Paradoks lainnya terlihat pada isu uang komite. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat menanamkan kesadaran kritis justru menanamkan kebingungan.

Uang komite, yang oleh aturan tidak boleh diwajibkan, tetap saja dipungut melalui mekanisme yang “dilegalkan” oleh komite sekolah.

Guru-guru sering keceplosan mengingatkan siswa yang belum membayar, memaksa anak-anak meminta kepada orang tua dengan tidak ada rasa malu. Dalam situasi ini, anak-anak tidak belajar tentang apa itu pungutan, sumbangan dan iuran serta hal-hal yang boleh dan tidak boleh, melainkan dipaksa menerima ketidaksesuaian antara teori dan praktik.

Kemudian, ada masalah penerimaan siswa baru. Sistem zonasi yang dirancang untuk pemerataan akses pendidikan justru menjadi ladang penyimpangan.

Siswa yang tidak memenuhi zonasi bisa masuk dengan “prestasi” yang diragukan atau rekomendasi dari pejabat. Kejujuran dan meritokrasi terpinggirkan, tergantikan oleh privilese dan manipulasi. Apa yang anak-anak pelajari dari semua ini? Bahwa aturan bisa dilanggar asalkan ada jalan pintas.

Dunia paradoks semakin jelas dalam fenomena penggunaan sepeda motor oleh siswa.

Anak SMP yang belum cukup umur bebas melaju di jalan raya yang dipastikan tanpa SIM. Maklumlah mereka.pasti belum 17 tahun, umur minimal yang dipersyaratkan mendapatkan SIM. Bahkan anak SMA kelas 1 dan 2,  juga seharusnya belum memenuhi syarat berkendara karena belum cukup umur dibiarkan melanggar aturan dengan restu orang tua, guru, dan bahkan aparat.

Polisi yang melihat diam saja, guru tidak berdaya, dan orang tua justru memfasilitasi dengan alasan praktis. Padahal, aturan berkendara dibuat demi keselamatan, namun anak-anak justru diajarkan untuk mengabaikan aturan sejak usia dini.

Ironinya, hal ini terjadi  sejak TK, sehak anak-anak mengenal pendidiman. Coba diperhatikan banyak anak diantar ke sekolah tanpa helm. Mereka diajarkan untuk melanggar aturan secara tidak langsung. Pendidikan, yang seharusnya menjadi fondasi bagi generasi masa depan, justru berkompromi dengan kenyataan yang jauh dari ideal.

Dunia paradoks ini bukan sekadar persoalan regulasi atau teknis. Ini adalah persoalan moral, konsistensi, dan tanggung jawab kolektif.

Jika anak-anak kita diajarkan melanggar aturan sejak dini, bagaimana mereka akan menjadi pemimpin yang jujur di masa depan?

Jika keindahan kain endek palsu dan praktik ketidakadilan terus dibiarkan, apa yang sebenarnya kita ajarkan pada generasi penerus?

Dunia ini memang paradoks, tetapi kita harus memutuskan: tetap bertahan dalam ironi atau mulai membangun kejujuran dari sekarang. |RED

Tags: opiniparadoksredaksisuyadnya
Share19SendScanShareSend
Previous Post

DPRD Buleleng Undang SKPD Bicarakan Persoalan Bukit Ser

Next Post

PMI Asal Gitgit Tewas Berlumuran Darah di Malaysia, Diduga Korban Pembunuhan Teman Dekat

Baca Juga

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan
OPINI

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan

06/04/2025
Aturan Sampah dan Sampah Aturan
OPINI

Aturan Sampah dan Sampah Aturan

25/03/2025
Menjaga Jati Diri Jurnalis Diantara Tudingan “Berita-Hoaks”
OPINI

Menjaga Jati Diri Jurnalis Diantara Tudingan “Berita-Hoaks”

03/01/2025
Next Post
PMI Asal Gitgit Tewas Berlumuran Darah di Malaysia, Diduga Korban Pembunuhan Teman Dekat

PMI Asal Gitgit Tewas Berlumuran Darah di Malaysia, Diduga Korban Pembunuhan Teman Dekat

Discussion about this post

Recommended

Monumen Yudha Mandalatama Di Eks Pelabuhan Buleleng Terbengkalai

Monumen Yudha Mandalatama Di Eks Pelabuhan Buleleng Terbengkalai

13/07/2022
Wabup Sutjidra Dukung Baznas Buleleng Gelar Safari Ramadhan

Wabup Sutjidra Dukung Baznas Buleleng Gelar Safari Ramadhan

13/04/2022

Most Popular

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan
OPINI

Kulit Pepaya: Sumber Bioetanol yang Ramah Lingkungan

06/04/2025
Berkonsep Sociopreneur, Jelang Galungan dan Kuningan Pasutri di Buleleng Gelar Pasar Murah Digital
NEWS

Berkonsep Sociopreneur, Jelang Galungan dan Kuningan Pasutri di Buleleng Gelar Pasar Murah Digital

06/04/2025
Dua Sepeda Motor Adu Jangkrik, Satu Orang Meninggal Dunia
NEWS

Dua Sepeda Motor Adu Jangkrik, Satu Orang Meninggal Dunia

06/04/2025
  • Redaksi
  • Privacy & Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Sitemap
More Info : redaksi@dewatapos.com

© 2018 powered by - PT SINGARAJA INTER MEDIA

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • HOME
  • NEWS
    • Bali
    • Nasional
    • Internasional
  • HUKUM & KRIMINAL
  • POLITIK
  • BIROKRASI
  • OLAHRAGA
  • PESONA
  • FIGUR

© 2018 powered by - PT SINGARAJA INTER MEDIA