Pentas Wantilan yang diselenggarakan Desa Pakraman Buleleng sebagai agenda rutin yang dilaksanakan di Wantilan Desa Pakraman Buleleng menjadi spesial saat tampilnya penari topeng dari Italia dan berkolaborasi dengan sekaa Gender dari banjar Adat Delodpeken.
Singaraja, Pentas wantilan yang digagas Desa Pakraman Buleleng setiap bulan pada malam minggu terakhir perlahan namun pasti mulai mendapat simpati masyarakat. Adalah Carmencita Palermo salah seorang seniman topeng asal Italia Sabtu (23/2/2019) tampil pada Wantilan Berdaya Krama Berbudaya edisi kedua di tahun 2019 ini saat hadir menyaksikan beberapa pementasan diatas panggung di jalan Mayor metra 18 A Singaraja.
Walau tampil spontanitas wanita dari negeri Spaghetti ini tampil memukau para penonton. Ia yang telah menekuni dunia topeng selama 25 tahun sepertinya menyatu dengan topeng yang diperankan saat berkolaborasi dengan sekaa Gender dari banjar Adat Delodpeken.
Dua buah topeng yang dimainkan dengan gerak olah tubuh wanita tanpa kata mampu menghipnotis penonton yang hadir menggunakan pakaian adat madya di Wantilan desa Pakraman Buleleng. Penonton dibuat sunyi seakan ikut merasakan nuansa magis yang sedang dipancarkan tapel yang digunakan sang penari wanita tersebut
Usai memainkan topeng Carmencita Palermo menjelaskan ketertarikanya akan seni tari topeng karena ia ingin menyatu dengan benda mati yang bisa hidup selain adanya kemiripan antara topeng Italia. Nuansa magis baginya adalah ketika ia benar-benar merasakan menyatu dengan topeng yang digunakannya walaupun hanya hitungan detik.
“Memang perjalanan belajar itu untuk menyatu dengan tapel dan maginya kalau sudah merasa pas satu nafas dengan tapel. Tapi magisnya dari mana kita tidak tahu apakah karena suara, berhubungan dengan guru-gur atau karena desa kalapatra dan sebagainya,”tutur Carmencita Palermo.
Seniman topeng yang banyak bergelut di Bali Carmencita Palermo menyadari jika selama ini ia melihat keseimbangan penari topeng pria dan wanita sulit ditemukan di bali. Seniman yang sudah sering manggung pada sejumlah Negara ini berkeinginan menyimbangkan wanita dan pria dalam berksenian topeng.
Ia berharap agar kegiatan Wantilan Berdaya Krama Berbudaya bisa menginspirasi para seniman baik dari kalangan anak- anak, remaja, dewasa hingga seniman tua untuk mempertahankan seni budaya Bali
“Bagi saya itu betul-betul mencari bayu wanita. Sebab dari perjalanan sejarah, babad topeng bayu wanita itu dilupakan karena semua tokoh-tokoh itu didominasi pria. Kalau wanitanya biasanya berperan lucu, agak jelek yang tidak begitu cocok dengan pikiran untuk menemukan purusha-pradana,” ungkap Carmencita Palermo.
Ajang Wantilan Berdaya Krama Berbudaya juga menampilkan sejumlah atraksi lainnya sehingga kegiatan itu mampu menjadi wadah secara khusus bagi genarasi muda di Desa Pakraman Buleleng untuk menyalurkan potensi yang dimiliki. (011)
Discussion about this post