Luh Ayu Susila Dewi, pendiri Yayasan Cahaya Impian Masa Depan (CIMD), berbagi kisah inspiratif tentang dedikasinya dalam mendampingi anak-anak berkebutuhan khusus di Bali.
Yayasan yang ia pimpin berfokus pada terapi dan pendidikan inklusif bagi anak-anak dengan kebutuhan fisik dan mental, membawa perubahan nyata dalam kehidupan mereka.
Luh Ayu memulai dengan sebuah misi sederhana memberi kesempatan sekolah bagi anak-anak yang terpinggirkan. Namun, seiring berjalannya waktu, ia menyadari bahwa banyak anak berkebutuhan khusus yang lebih memerlukan dukungan.
“Kami awalnya ingin membantu anak-anak yang sulit mengakses pendidikan, tetapi di lapangan kami menemukan begitu banyak anak berkebutuhan khusus yang justru lebih membutuhkan pertolongan. Dari sinilah fokus kami bergeser,” jelasnya.
Berbasis di Desa Panji Anom, Kecamatan Sukasada, Yayasan CIMD kini menyediakan layanan terapi seperti terapi okupasi, fisioterapi, dan terapi wicara, sambil menjalankan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) inklusif. Yang unik, PKBM ini menyatukan anak berkebutuhan khusus dengan anak-anak tipikal, menciptakan suasana belajar yang mendukung tumbuh kembang mereka bersama.
“Anak-anak yang dulunya tak bisa berkomunikasi, sekarang mulai berbicara. Ada yang sebelumnya sangat hiperaktif, kini bisa lebih fokus dan tenang. Ini bukti bahwa dengan pendekatan yang tepat, perubahan besar bisa terjadi,” tutur Luh Ayu penuh semangat.
Namun, perjalanan CIMD tidak selalu mulus. Tantangan besar datang dari terbatasnya tenaga pengajar yang terlatih, khususnya untuk menangani anak-anak berkebutuhan khusus.
“Lebih dari 70% siswa kami adalah anak berkebutuhan khusus, dan kami sangat membutuhkan lebih banyak tutor terlatih untuk memastikan mereka mendapat pendidikan terbaik,” ungkapnya.
Tak hanya menyediakan terapi dan pendidikan, Yayasan CIMD juga mengelola Panti Asuhan Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA) Anak Domba Bali, rumah bagi anak-anak yatim piatu yang tak memiliki keluarga. Dengan dukungan dari masyarakat dan donatur Corporate Social Responsibility (CSR), yayasan ini terus berkembang, mengedepankan transparansi dalam pengelolaan dana serta kegiatan sosialnya.
Yayasan ini berencana untuk melanjutkan dukungannya dengan menyediakan wadah aktivitas bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang telah lulus dari program pendidikan. “Kami ingin mereka tetap memiliki ruang untuk berkarya dan melatih kemandirian setelah mereka lulus,” tambah Luh Ayu.
Luh Ayu bepesan, “Yang paling penting adalah keyakinan orang tua. Ketika mereka percaya pada anak-anaknya dan mendampingi dengan penuh kasih, perubahan luar biasa bisa terjadi. Kami di CIMD hanya memfasilitasi, tetapi peran orang tua adalah kuncinya.” tutupnya.
Yayasan CIMD mengajak masyarakat Buleleng untuk lebih peduli dan mendukung keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus. Dengan segala keterbatasan yang ada, yayasan ini tetap teguh pada misi mulianya yaitu menciptakan masa depan yang lebih cerah bagi anak-anak dengan kebutuhan khusus di Bali. |KMS
Editor : Made Suartha
Discussion about this post