Banjir bandang melanda Buleleng akibat hujan deras dengan intensitas yang lama, hampir di seluruh kawasan di Buleleng terendan oleh air akibat saluran air tidak mampu menampung debit air dan tercatat empat orang meninggal dunia.
Singaraja, Aliran air secara sporadis menerjang sejumlah wilayah di Kabupaten Buleleng hingga menyebabkan banjir bandang yang menyebabkan hilangnya harta benda milik warga di sejumlah titik, bahkan sejumlah rumah dilaporkan terseret air yang meluap termasuk sejumlah hewan peliharaan warga.
Bencana akibat guyuran hujan juga menyebabkan korban jiwa, tiga orang meninggal dunia akibat tertimpa senderan tembok di Lingkungan Kali Baru Kelurahan Banjar Jawa, diantaranya Dewa Ketut Wisnu Saputra (28) warga Kelurahan banjar Jawa dan Ni Luh Putu Sumiartini (33) bersama anak angkatnya Kadek Yudistira (11).
Luapan air yang menyebabkan kerusakan sejumlah pemukiman penduduk dan perkebunan milik warga juga menjadi penyebab meninggalnya Gusti Putu Wena (70) warga Dusun Seraya, Desa Baktiseraga Kecamatan Buleleng yang diduga mengalami serangan jantung saat melihat kondisi kebunnya.
Selain di Banjar Jawa dan titik terparah di Desa Baktiseraga, Banjir Bandang juga menerjang sejumlah pemukiman warga diantaranya di Kelurahan Kampung Kajanan, Kelurahan Kampung Anyar, Kelurahan Kaliuntu dan Kelurahan Banyuasri termasuk di Desa Pemaron dan Desa Panji Anom.
Perbekel Desa Baktiseraga Gusti Putu Armada, Sabtu (27/1/2018) mengungkapkan, dua titik terparah akibat banjir bandang terjadi di Jalan Laksamana termasuk di Jalan Ayani Singaraja hingga menyebabkan kemacetan yang panjang.
“Air sangat deras datangnya dari selatan sudah hampir sepinggang dan kendaraan tidak bisa melintas sehingga macet, yang terparah di depan SD 1 Baktiseraga termasuk di jalan Sriamerta kemudian disimpang panji,” papar Armada.
Sejumlah kerugian warga masih dilakukan pendataan, namun beberapa rumah di Jalan Sriamerta mengalami kerusakan akibat terjangan air termasuk upaya evakuasi warga yang dilakukan BPBD Kabupaten Buleleng lantaran air sudah mencapai dada orang dewasa, bahkan sejumlah harta benda warga juga hanyut seperti mobil, puluhan sepeda motor dan juga perangkat gamelan.
Sementara Banjir di Dusun Lebah Siung, Desa Panji Anom Kecamatan Sukasada menyebabkan satu rumah milik Cedil bersama tujuh ekor sapi hanyut dibawa derasnya air yang mengalir, bahkan 50 rumah warga terendan air.
Antrean kendaraan juga terlihat di ruas Jalan Singaraja Lovina akibat genangan air yang tinggi di sepanjang Jalan A.Yani barat, bahkan aliran air yang disertai dengan lumpur itu juga merendam sejumlah pemukiman warga di Kawasan Jalak Putih termasuk simpang empat panji dan menyebabkan sejumlah kerusakan.
Guyuran hujan yang deras sekitar empat jam itu juga menyebabkan jalan-jalan disepanjang Kota Singaraja berunah menjadi jalur air yang mengalir dengan deras lantaran saluran pembuatan air atau got tidak menampung.
Hampir di seluruh titik-titik banjir bandang di Buleleng menyebabkan sejumlah fasilitas ‘benyah’, namun demikian kerusakan secara pasti belum bisa diperkirakan karena masih dilakukan pendataan.
Bupati Buleleng, Putu Agus Suradnyana saat melayat korban meninggal dunia di Kalibaru banjar Jawa menghimbau kepada seluruh masyarakat agar sadar menjaga lingkungan sekitar. Hal terkecil yang bisa dilakukan adalah dengan tidak membuang sampah sembarangan agar tidak menimbulkan banjir. Selain itu, masyarakat juga diajak untuk tidak menutup secara sembarangan saluran air yang ada agar tidak menyumbat jalannya air itu sendiri.
“Ini benar-benar sifatnya force majeur. Seluruh wilayah di Bali menghadapi cuaca yang ekstrim bukan hanya di Buleleng. Namun, untuk menghindari terjadinya banjir mari kita bersama sadar untuk menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan,” tegas Agus Suradnyana.
Terhadap banjir di Baktiseraga dan Pemaron, bupati PAS melihat ada saluran air yang ditutup dan ada kayu atau sampah yang menyumbat saluran air yang tidak dibersihkan. Hal ini yang menyebabkan air meluap hingga menyebabkan banjir. Untuk itu diperlukan keaktifan dari semua pihak untuk bekerja bersama secara gotong royong untuk membersihkan saluran-saluran air yang ada.
“Mungkin pada bulan September atau Oktober seluruh warga desa bisa masuk ke saluran air untuk memotong kayu dan membersihkan sampah agar saluran air tidak tersumbat lagi. Kita harus gotong royong untuk mencegah terjadinya banjir,” ujar PAS.
Sementara dari sisi regulasi, Bupati asal Desa Banyuatis, Kecamatan Banjar ini berharap dengan dibuatnya Peraturan Daerah (Perda) baru yang sedang digodok di DPRD Buleleng untuk mengganti Perda Nomer 1 Tahun 2013 tentang penanganan sampah bisa menjadi regulasi yang mengurangi penyumbatan-penyumbatan sampah di saluran air. Dengan perda baru ini juga bisa memberikan sanksi kepada masyarakat yang membuang sampah sembarangan.
“Mudah-mudahan ke depan hal ini tidak terjadi lagi. Saya minta kepada kepala desa dan camat lebih ekstra untuk mengingatkan dan mengedukasi masyarakat untuk sama-sama menjaga lingkungan dan bergotong-royong pada bulan September dan Oktober. Untuk sisi regulasi, saya berharap perda yang baru bisa menjawab kejadian-kejadian seperti ini,” tegas Bupati Buleleng.
Terkait dengan kerusakan yang diakibatkan banjir bandang tersebut, Pemkab Buleleng akan melakukan pementaan termasuk sejumlah pendataan sehingga nantinya mampu melakukan identifikasi sejumlah perbaikan baik yang mendesak maupun fasilitas yang dibutuhkan dengan cepat oleh warga. (022)
Discussion about this post